Senin, 07 Januari 2013

MAKALAH BAHASA INDONESIA TANDA BACA



KATA PENGANTAR


      Alhamdulillah segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas-aktifitas dengan segala manfaat yang ada, yang telah memberikan kita kecerdasan dalam berfikir, sehingga dengan kecerdasan itu kita dapat memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan tanah air. Shalawat serta salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqomah.
Dengan selesainya makalah yang penulis buat, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bpk. Ahmad Susandi S.Kom. yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan kepada seluruh orang-orang yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga makalah ini dapat dibaca seluruh kalangan masyarakat. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR ISI

                                                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..                          iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….....              v


BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………………………               1
B.     Permasalahan  …………………………………………………………….               2
C.     Tujuan …………………………………………………………………….               2

BAB II PEMBAHASAN PENGGUNAAN TANDA BACA

A.    Tanda Titik (.) …………………………………………………………….               3
B.     Tanda Koma (,) …………………………………………………………...               6
C.     Tanda Titik Koma (;) ……………………………………………………..               10
D.    Tanda Titik Dua (:) ……………………………………………………….               10
E.     Tanda Hubung (-) …………………………………...................................               11
F.      Tanda Pisah (––) ………………………………………………………….               13
G.    Tanda Elipsis (…) ………………………………………………………...               13
H.    Tanda Tanya (?) …………………………………………………………..               14
I.       Tanda Seru (!) …………………………………………………………….               15
J.       Tanda Kurung (( )) ………………………………………………………..               15
K.    Tanda Kurung Siku  ([ ]) ………............................................................. …              16
L.     Tanda Petik (“ “) ………………………………………………………….               16
M.   Tanda Petik Tunggal (‘ ‘) …………………………………………………               17
N.    Tanda Garis Miring (/) ……………………………………………………               18
O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) ………………………………………              18

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ……………………………………………………………….               19
B.     Saran ……………………………………………………………………...               19















BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

     Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca.
     Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
     Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa Indonesia dan harus kita terapkan.


BAB II
PEMBAHASAN
PENGGUNAAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
      1.  Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
            Misalnya:
                  Ayahku tinggal di Solo.
                  Biarlah mereka duduk di sana.
                  Dia menanyakan siapa yang akan datang.
      2.  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian,
            ikhtisar, atau daftar.
            Misalnya:
            a.  III. Departemen Dalam Negeri
                  A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
                  B. Direktorat Jenderal Agraria 
            b.  1. Patokan Umum
                  1.1 Isi Karangan
                  1.2 Ilustrasi
                  1.2.1  Gambar Tangan
                  1.2.2  Tabel
                  1.2.3  Grafik



       Catatan:
      Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam  deretan angka atau huruf.
3.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang  
      menunjukan waktu.
            Misalnya:
                  pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
      4.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
            menunjukan jangka waktu.
            Misalnya:
                  1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
                  0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
                  0.0.30 jam (30 detik)
      5.  Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
            berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
            pustaka.
            Misalnya:
                  Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
                  Poestaka.
      6.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
            Misalnya:
                  Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
                  Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
      7.  Tanda titik tidak  dipakai untuk memisahkanbilangan ribuan atau
            kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
            Misalnya:
                  Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
                  Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
                  Nomor gironya 5645678.
      8.  Tanda titik tidak  dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
            karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
            Misalnya:
                  Acara kunjungan Adam Malik
                  Bentuk dan Kedaulatan(Bab I UUD ‘45)
                  Salah Asuhan
      9.  Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
            atau (2) nama dan alamat penerima surat.
            Misalnya:
                  Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
                  1 April 1985 (tanpa titik)
                  Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
                  Jalan Arif 43 (tanpa titik)
                  Palembang (tanpa titik)
                  Atau:
                  Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
                  Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
B.  Tanda Koma (,)
      1.  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
            pembilangan.
            Misalnya:
                  Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
                  Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
      2.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
            kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi  atau
            melainkan.
            Misalnya:
                  Saya ingin datang, tetapihari hujan.
                  Didi bukan anak saya, melainkananak Pak Kasim.
      3.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
            jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
                  Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
      4.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
            kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
                  Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
                  Dia tahu bahwa soal itu penting.
      5.  Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung
            antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
            karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
            Misalnya:
                  ... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
                  ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
      6.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
            wah, aduh, kasihandari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
            Misalnya:
                  O, begitu?
                  Wah,bukan main!
                  Hati-hati, ya, nanti jatuh.
      7.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
            dari kalimat.
            Misalnya:
                  Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
                  “Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
      8.  Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
            alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
            negeri yang ditulis berurutan.
            Misalnya:
                  (i)  Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
                        Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
                  (ii)  Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
                  (iii)  Surabaya, 10 Mei 1960
                  (iv)  Kuala Lumpur, Malaysia.
      9.  Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
            susunannya dalam daftar pustaka.
            Misalnya:
                  Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
                  Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
      10. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang
            mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga,
            atau marga.
            Misalnya:
                  B. Ratulangi, S.E.
                  Ny. Khadijah, M.A.
      11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
            tidak membatasi.
            Misalnya:
                  Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
                  Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
                  latihan paduan suara.
            Bandingkan dengan keterangan pembatasyang pemakaiannya tidak diapit
            tanda koma:
                  Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
      12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
            sen yang dinyatakan dengan angka.
            Misalnya:
                  12,5 m
                  Rp 12,50
      13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang
            keterangan yang terdapatpada awal kalimat.
            Misalnya:
                  Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
                  yang bersungguh-sungguh.
                  Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
            Bandingkan dengan:
                  Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
                  dan pengembangan bahasa.
                  Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
      14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
            lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
            dengan tanda tanya atau tanda seru.
            Misalnya:
                  “ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
                  “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
      1.  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
            yang sejenis dan setara.
            Misalnya:
                  Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
      2.  Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
            memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
            Misalnya:
                  Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
                  dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
D. Tanda Titik Dua (:)
      1.  Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
            pemerian.
            Misalnya:
                  Ketua : Moch. Achyar
                  Sekretaris : Tati Suryati
                  Bendahara : Noviana Pertiwi
      2.  Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
            antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
            suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
            karangan.
            Misalnya:
                  (v)  Tempo, I (34), 1971:7
                  (vi)  Surah Yasin:9
                  (vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
                           sudah terbit.
                  (viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
                           Penebar Swadaya.
      3.  Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
            pelaku dalam percakapan.
            Misalnya:
                  Ayah : “Karyo, sini kamu!”
                  Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
                  Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
      4.  Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
            rangkaian atau pemerian.
            Misalnya:
                  Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
                  Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
                  lemari.
E.  Tanda Hubung (-)
      1.  Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan
            yang terpisah oleh pergantian baris.
Text Box: Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut. 
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya. 
		 

Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.

            Misalnya:

      2.  Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
            Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
      3.  Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan
            bagian-bagian tanggal.
            Misalnya:
                  p-a-n-i-t-i-a
                  17-08-1945
      4.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya
            atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
            angka, angka dengan kata/huruf.
            Misalnya:
                  se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,
                  S-1, tahun 50-an
      5.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
            dengan unsur bahasa asing.
            Misalnya:
                  di-smash, pen-tackle-an
F.  Tanda Pisah (––)
      1.  Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
            penjelasan di luar bangun kalimat.
            Misalnya:
                  Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
                  oleh bangsa itu sendiri.
      2.  Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
            lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
            Misalnya:
                  Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
                  pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
                  semesta.
      3.  Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai
            dengan’ atau ‘sampai ke’.
            Misalnya:
                  2004––2009
                  tanggal 1––10 Mei 2007
                  Jakarta––Bandung
G. Tanda Elipsis (...)
      1.  Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
            Misalnya:
                  Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
      2.  Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
            bagian yang dihilangkan.
            Misalnya:
                  ... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
                  Ibu baru pulang ... pasar.
      Catatan:
                  Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
            dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
            satu titik untuk menandai akhir kalimat.
            Misalnya:
                  Ibu baru pulang dari....
H. Tanda Tanya (?)
      1.  Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
            Misalnya:
                  Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu, bukan?
      2.  Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
            yang disangsikan kebenarannya.
            Misalnya:
                  Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
                  Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I.  Tanda Seru (!)
      1.  Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
            Misalnya:
                  Bersihkan kamar itu sekarang juga!
                  Jangan berisik!
      2.  Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
            menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
            rasa emosi yang kuat.
            Misalnya:
                  Alangkah seramnya peristiwa itu!
                  Indah sekali pemandangan alam ini!
                  Merdeka!
J.  Tanda Kurung ((  ))
      1.  Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
            Misalnya:
                  Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
                  Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
      2.  Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
            integral pokok pembicaraan.
            Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
      3.  Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
            keterangan.
            Misalnya:
                  Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
                  (c) modal.
      4.  Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks
            dapat dihilangkan.
            Misalnya:
                  Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
                  Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
K. Tanda Kurung Siku ([ ])
      1.  Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
            koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
            lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
            terdapat di dalam naskah asli.
            Misalnya:
                  Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
      2.  Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
            sudah bertanda kurung.
            Misalnya:
                  Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
                  II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
L.  Tanda Petik (“ “)
      1.  Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
            naskah atau bahan tertulis lainnya.
            Misalnya:
                  “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
                  Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
      2.  Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
            dalam kalimat.
            Misalnya:
                  Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
                  Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
                  Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
      3.  Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
            mempunyai arti khusus.
            Misalnya:
                  Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja
                  dikenal dengan “jomblo”.
                  Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
M. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
      1.  Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
            Misalnya:
                  Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
                  “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
                  pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
      2.  Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
            atau ungkapan asing.
            Misalnya:
                  Feed-back berarti ‘balikan’.
N. Tanda Garis Miring (/)
      1.  Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
            dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
            Misalnya:
                  No. 12/PK/2005
                  Jalan Kramat III/10
                  Masa Bakti 2005/2006
                  Tahun Ajaran 2006/2007
      2.  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
            Misalnya:
                  Laki-laki/Perempuan
                  120 km/jam
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
      Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
      tahun.
      Misalnya:
            Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
            17 Agustus ’45 (’45 = 1945)


MAKALAH BAHASA INDONESIA
TANDA BACA


















KELOMPOK :

Ø  Ayu Purindah D.I
Ø  Dina Kristina Sari
Ø  Desi
Ø  Marsena Gema .P
Ø  Komang Ariestya .F

                                                                  KELAS : A 





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
MALANG
KATA PENGANTAR


      Alhamdulillah segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas-aktifitas dengan segala manfaat yang ada, yang telah memberikan kita kecerdasan dalam berfikir, sehingga dengan kecerdasan itu kita dapat memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan tanah air. Shalawat serta salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqomah.
Dengan selesainya makalah yang penulis buat, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bpk. Ahmad Susandi S.Kom. yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan kepada seluruh orang-orang yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga makalah ini dapat dibaca seluruh kalangan masyarakat. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR ISI

                                                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..                          iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….....              v


BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………………………               1
B.     Permasalahan  …………………………………………………………….               2
C.     Tujuan …………………………………………………………………….               2

BAB II PEMBAHASAN PENGGUNAAN TANDA BACA

A.    Tanda Titik (.) …………………………………………………………….               3
B.     Tanda Koma (,) …………………………………………………………...               6
C.     Tanda Titik Koma (;) ……………………………………………………..               10
D.    Tanda Titik Dua (:) ……………………………………………………….               10
E.     Tanda Hubung (-) …………………………………...................................               11
F.      Tanda Pisah (––) ………………………………………………………….               13
G.    Tanda Elipsis (…) ………………………………………………………...               13
H.    Tanda Tanya (?) …………………………………………………………..               14
I.       Tanda Seru (!) …………………………………………………………….               15
J.       Tanda Kurung (( )) ………………………………………………………..               15
K.    Tanda Kurung Siku  ([ ]) ………............................................................. …              16
L.     Tanda Petik (“ “) ………………………………………………………….               16
M.   Tanda Petik Tunggal (‘ ‘) …………………………………………………               17
N.    Tanda Garis Miring (/) ……………………………………………………               18
O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) ………………………………………              18

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ……………………………………………………………….               19
B.     Saran ……………………………………………………………………...               19















BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

     Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca.
     Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
     Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa Indonesia dan harus kita terapkan.


BAB II
PEMBAHASAN
PENGGUNAAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
      1.  Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
            Misalnya:
                  Ayahku tinggal di Solo.
                  Biarlah mereka duduk di sana.
                  Dia menanyakan siapa yang akan datang.
      2.  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian,
            ikhtisar, atau daftar.
            Misalnya:
            a.  III. Departemen Dalam Negeri
                  A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
                  B. Direktorat Jenderal Agraria 
            b.  1. Patokan Umum
                  1.1 Isi Karangan
                  1.2 Ilustrasi
                  1.2.1  Gambar Tangan
                  1.2.2  Tabel
                  1.2.3  Grafik



       Catatan:
      Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam  deretan angka atau huruf.
3.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang  
      menunjukan waktu.
            Misalnya:
                  pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
      4.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
            menunjukan jangka waktu.
            Misalnya:
                  1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
                  0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
                  0.0.30 jam (30 detik)
      5.  Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
            berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
            pustaka.
            Misalnya:
                  Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
                  Poestaka.
      6.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
            Misalnya:
                  Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
                  Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
      7.  Tanda titik tidak  dipakai untuk memisahkanbilangan ribuan atau
            kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
            Misalnya:
                  Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
                  Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
                  Nomor gironya 5645678.
      8.  Tanda titik tidak  dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
            karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
            Misalnya:
                  Acara kunjungan Adam Malik
                  Bentuk dan Kedaulatan(Bab I UUD ‘45)
                  Salah Asuhan
      9.  Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
            atau (2) nama dan alamat penerima surat.
            Misalnya:
                  Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
                  1 April 1985 (tanpa titik)
                  Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
                  Jalan Arif 43 (tanpa titik)
                  Palembang (tanpa titik)
                  Atau:
                  Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
                  Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
B.  Tanda Koma (,)
      1.  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
            pembilangan.
            Misalnya:
                  Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
                  Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
      2.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
            kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi  atau
            melainkan.
            Misalnya:
                  Saya ingin datang, tetapihari hujan.
                  Didi bukan anak saya, melainkananak Pak Kasim.
      3.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
            jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
                  Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
      4.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
            kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
                  Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
                  Dia tahu bahwa soal itu penting.
      5.  Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung
            antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
            karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
            Misalnya:
                  ... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
                  ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
      6.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
            wah, aduh, kasihandari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
            Misalnya:
                  O, begitu?
                  Wah,bukan main!
                  Hati-hati, ya, nanti jatuh.
      7.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
            dari kalimat.
            Misalnya:
                  Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
                  “Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
      8.  Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
            alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
            negeri yang ditulis berurutan.
            Misalnya:
                  (i)  Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
                        Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
                  (ii)  Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
                  (iii)  Surabaya, 10 Mei 1960
                  (iv)  Kuala Lumpur, Malaysia.
      9.  Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
            susunannya dalam daftar pustaka.
            Misalnya:
                  Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
                  Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
      10. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang
            mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga,
            atau marga.
            Misalnya:
                  B. Ratulangi, S.E.
                  Ny. Khadijah, M.A.
      11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
            tidak membatasi.
            Misalnya:
                  Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
                  Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
                  latihan paduan suara.
            Bandingkan dengan keterangan pembatasyang pemakaiannya tidak diapit
            tanda koma:
                  Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
      12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
            sen yang dinyatakan dengan angka.
            Misalnya:
                  12,5 m
                  Rp 12,50
      13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang
            keterangan yang terdapatpada awal kalimat.
            Misalnya:
                  Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
                  yang bersungguh-sungguh.
                  Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
            Bandingkan dengan:
                  Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
                  dan pengembangan bahasa.
                  Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
      14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
            lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
            dengan tanda tanya atau tanda seru.
            Misalnya:
                  “ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
                  “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
      1.  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
            yang sejenis dan setara.
            Misalnya:
                  Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
      2.  Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
            memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
            Misalnya:
                  Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
                  dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
D. Tanda Titik Dua (:)
      1.  Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
            pemerian.
            Misalnya:
                  Ketua : Moch. Achyar
                  Sekretaris : Tati Suryati
                  Bendahara : Noviana Pertiwi
      2.  Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
            antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
            suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
            karangan.
            Misalnya:
                  (v)  Tempo, I (34), 1971:7
                  (vi)  Surah Yasin:9
                  (vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
                           sudah terbit.
                  (viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
                           Penebar Swadaya.
      3.  Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
            pelaku dalam percakapan.
            Misalnya:
                  Ayah : “Karyo, sini kamu!”
                  Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
                  Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
      4.  Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
            rangkaian atau pemerian.
            Misalnya:
                  Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
                  Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
                  lemari.
E.  Tanda Hubung (-)
      1.  Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan
            yang terpisah oleh pergantian baris.
Text Box: Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut. 
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya. 
		 

Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.

            Misalnya:

      2.  Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
            Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
      3.  Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan
            bagian-bagian tanggal.
            Misalnya:
                  p-a-n-i-t-i-a
                  17-08-1945
      4.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya
            atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
            angka, angka dengan kata/huruf.
            Misalnya:
                  se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,
                  S-1, tahun 50-an
      5.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
            dengan unsur bahasa asing.
            Misalnya:
                  di-smash, pen-tackle-an
F.  Tanda Pisah (––)
      1.  Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
            penjelasan di luar bangun kalimat.
            Misalnya:
                  Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
                  oleh bangsa itu sendiri.
      2.  Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
            lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
            Misalnya:
                  Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
                  pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
                  semesta.
      3.  Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai
            dengan’ atau ‘sampai ke’.
            Misalnya:
                  2004––2009
                  tanggal 1––10 Mei 2007
                  Jakarta––Bandung
G. Tanda Elipsis (...)
      1.  Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
            Misalnya:
                  Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
      2.  Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
            bagian yang dihilangkan.
            Misalnya:
                  ... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
                  Ibu baru pulang ... pasar.
      Catatan:
                  Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
            dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
            satu titik untuk menandai akhir kalimat.
            Misalnya:
                  Ibu baru pulang dari....
H. Tanda Tanya (?)
      1.  Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
            Misalnya:
                  Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu, bukan?
      2.  Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
            yang disangsikan kebenarannya.
            Misalnya:
                  Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
                  Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I.  Tanda Seru (!)
      1.  Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
            Misalnya:
                  Bersihkan kamar itu sekarang juga!
                  Jangan berisik!
      2.  Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
            menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
            rasa emosi yang kuat.
            Misalnya:
                  Alangkah seramnya peristiwa itu!
                  Indah sekali pemandangan alam ini!
                  Merdeka!
J.  Tanda Kurung ((  ))
      1.  Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
            Misalnya:
                  Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
                  Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
      2.  Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
            integral pokok pembicaraan.
            Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
      3.  Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
            keterangan.
            Misalnya:
                  Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
                  (c) modal.
      4.  Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks
            dapat dihilangkan.
            Misalnya:
                  Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
                  Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
K. Tanda Kurung Siku ([ ])
      1.  Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
            koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
            lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
            terdapat di dalam naskah asli.
            Misalnya:
                  Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
      2.  Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
            sudah bertanda kurung.
            Misalnya:
                  Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
                  II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
L.  Tanda Petik (“ “)
      1.  Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
            naskah atau bahan tertulis lainnya.
            Misalnya:
                  “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
                  Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
      2.  Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
            dalam kalimat.
            Misalnya:
                  Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
                  Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
                  Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
      3.  Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
            mempunyai arti khusus.
            Misalnya:
                  Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja
                  dikenal dengan “jomblo”.
                  Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
M. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
      1.  Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
            Misalnya:
                  Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
                  “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
                  pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
      2.  Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
            atau ungkapan asing.
            Misalnya:
                  Feed-back berarti ‘balikan’.
N. Tanda Garis Miring (/)
      1.  Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
            dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
            Misalnya:
                  No. 12/PK/2005
                  Jalan Kramat III/10
                  Masa Bakti 2005/2006
                  Tahun Ajaran 2006/2007
      2.  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
            Misalnya:
                  Laki-laki/Perempuan
                  120 km/jam
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
      Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
      tahun.
      Misalnya:
            Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
            17 Agustus ’45 (’45 = 1945)


BAB III
PENUTUP


      A. KESIMPULAN

      Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
      B.SARAN
      Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.
 BAB III
PENUTUP


      A. KESIMPULAN

      Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
      B.SARAN
      Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.

2 komentar:

  1. thanks for the material aid, but kgak complete, another x taraok complete ea

    BalasHapus
  2. Casino Resort Spa and The Water Club, Atlantic City - MapYRO
    Casino Resort Spa and The Water 서울특별 출장안마 Club, Atlantic City. 0.1 mi. 3131 충청남도 출장샵 S. 인천광역 출장안마 Flamingo Rd, 밀양 출장샵 Atlantic City, NJ 08401. Map 전라남도 출장샵 Directions. Directions. The Water Club

    BalasHapus